Tuesday, September 18, 2012

3 Jam di Harvard Yard, 3 Kebohongan yang Bertahan
(Kisah Statue of the Three Lies) 


Bendera merah marun bergambar huruf ve-ri-tas di tiga buku yang terbuka berkibar ditiup angin, saat gw keluar dari pintu utama stasiun Harvard Square di Cambridge, Massachusetts, awal Agustus lalu. Suasana cukup ramai, wajah-wajah dari berbagai ras manusia tampak berseliweran. Harvard Square merupakan tujuan wisata yang selalu ramai pengunjung. Sesuai namanya, disinilah lokasi Universitas Harvard, salah satu kampus paling bergengsi di dunia. Veritas adalah logo Universitas Harvard yang artinya Kebenaran.

Sebagai salah satu pusat keramaian di kota Cambridge, Harvard Square dipenuhi deretan restoran, cafe, toko pakaian, sepatu hingga toko-toko buku. Di beberapa tempat tampak seniman beraksi, ada yang ngamen dengan sejumlah alat musik, ada juga yang menawarkan jasa melukis. Gw berjalan menuju ke tengah plaza, ke tempat loket informasi. Dari sana gw diberitahu, pengunjung bisa melakukan tur sendiri dengan berbekal peta dan informasi yang sudah disediakan atau mengikuti tur Sejarah Harvard dengan mendaftar ke Information Center yang gedungnya tak jauh dari loket tempat gw berdiri. 



Gw memilih ikut tur, karena memang tidak sedang buru-buru dan paket turnya juga gratis. Setelah mendaftar, ternyata hanya menunggu sekitar 15 menit. Dalam sehari jadwal tur dibagi dalam 5 shift dengan durasi sekitar 1 jam. Pemandunya mahasiswa Harvard  yang duduk di semester 3 hingga 5.

Saat itu tepat pukul 3 sore, ada 4 kelompok wisatawan yang berkumpul di depan Harvard Information Center. Tiap kelompok berisi sekitar 20-an  orang. Lumayan ramai. Pemandu tur gw namanya Casey,  mahasiswi semester 3 Harvard Law School asal Australia. Badannya terhitung mungil untuk ukuran bule, tapi suaranya cukup lantang.

Dari Harvard Square, Casey membawa rombongan kami menyebrangi Massachusetts Avenue dan masuk melalui Johnston Gate menuju Harvard Yard, halaman berumput dengan luas sekitar 25 hektar yang merupakan bagian tertua dan menjadi pusat kampus Universitas Harvard. Areal hijau itu menampung 13 dari 17 asrama mahasiswa, 4 perpustakaan, 5 bangunan ruang kelas dan departemen akademik, serta kantor pusat universitas.

Summer in Harvard Yard, Cambridge, MA
Saat itu musim panas, matahari bersinar cerah dan angin sesekali bertiup. Pohon-pohon rindang dengan daun hijau yang rimbun. Bunga-bunga yang bermekaran,  membuat suasana makin teduh. Halaman rumput yang ada di depan asrama ramai penghuni. Ada yang asik sendirian dengan laptop atau bukunya, atau sekedar tidur-tiduran, ada juga kelompok mahasiswa yang asik ngobrol. Suasananya menyenangkan dan santai. Mereka terlihat cuek, tak terpengaruh dengan riuhnya gerombolan wisatawan. 

Betah rasanya berlama-lama disini...
 
Massachusetts Hall
"Ini adalah bagian Harvard Yard yang paling terkenal, biasa disebut Old Yard", jelas Casey. Selain asrama mahasiswa, di Old Yard terdapat Massachusetts Hall yang dibangun tahun 1720 yang merupakan gedung tertua di kampus Harvard. Di depan Massachusetts Hall ada bangunan yang disebut Harvard Hall. Dulu bangunan itu merupakan perpustakaan tempat disimpannya buku-buku awal sumbangan John Harvard sehingga diberi nama sesuai penyumbangnya. Namun pada tahun 1764 gedung tersebut terbakar, tak ada benda yang tersisa termasuk dokumen dan gambar John Harvard. Tahun 1766 Harvard Hall kembali dibangun dan difungsikan sebagai ruang kelas hingga sekarang. 

Straus Hall di Old Yard Harvard
Sambil mendengarkan penjelasan Casey, rombongan kami bergerak perlahan menyusuri jalanan Old Yard. "Nah, bangunan di sebelah kiri kita itu namanya Straus Hall, asrama tempat tinggal Mark Zuckerberg saat dia kuliah dulu", kata Casey. Sontak pandangan kami mengarah ke bangunan yang ditunjuk Casey, sambil membayangkan hari-hari jutawan muda itu saat ia menciptakan Facebook. Jejaring sosial yang awal-awal kemunculannya di Jakarta, sukses membuat orang-orang keranjingan reuni :)

Universitas Harvard didirikan pada 8 September 1636 dan merupakan perguruan tinggi tertua di Amerika Serikat. Awalnya bernama New College, dan dinamakan ulang menjadi Harvard College pada 13 Maret 1639 untuk menghormati penyumbang terbesarnya, John Harvard, seorang mantan mahasiswa Universitas Cambridge. Rujukan terawal yang menyebutkan Kampus Harvard sebagai "universitas" dan bukan "college" terjadi pada tahun 1780.

Jumlah pelamar ke Kampus Harvard dari tahun ke tahun meningkat. Namun sejak 2 tahun terakhir panitia penerimaan Harvard memangkas tingkat penerimaan siswa barunya menjadi 7,1% dari angka 9% pada tahun sebelumnya. Ini merupakan rekor terendah sejak universitas itu berdiri 376 tahun lalu. Lamaran siswa ke universitas terkaya di AS itu meningkat, setelah pada akhir 2009 lalu Harvard menyatakan akan mengurangi ongkos kuliah agar lebih terjangkau bagi keluarga menengah. Harvard, yang memiliki pemasukan 35 miliar dolar, mengumumkan akan mengeluarkan dana hingga 172 juta dolar setiap tahun agar para orangtua mahasiswa yang berpenghasilan tidak lebih dari 180 ribu dolar per tahun, hanya perlu mengeluarkan maksimal 10% saja dari jumlah itu untuk biaya kuliah per tahun bagi anaknya. Sedangkan mahasiswa dengan orangtua yang penghasilan per tahunnya tidak lebih dari 60 ribu dolar, tidak perlu membayar uang kuliah. Saat ini biaya kuliah S1 di Harvard adalah $54,496 termasuk kamar, makanan dan ongkos pelayanan.

Penghuni asrama asik ngobrol, belajar, ngemil di halaman
 Casey juga membawa kami melihat Memorial Church, gereja tertua di kompleks Harvard dan Theater Tercentenary tempat diselenggarakannya berbagai acara seni dan budaya. Tepat di seberangnya, melintasi halaman rumput luas, berdiri kokoh The Harry Elkins Widener Memorial Library. Bangunan seluas 30.000 m2 itu merupakan perpustakaan terbesar dari 4 perpustakaan Harvard lainnya. Saat ini Widener Library memiliki koleksi setidaknya 15,6 juta buku dan naskah, dengan rak buku sepanjang 92 km.

Memorial Hall
Memorial Church
 Widener Memorial Library
Setelah berjalan keliling sekitar 1 jam, sampailah kami di tempat yang paling banyak dikerubuti wisatawan. Namanya University Hall, dan tepat di depannya berdiri patung perunggu John Harvard karya Daniel Chester French tahun 1884. Awalnya patung itu ditempatkan di Memorial Hall, namun dipindahkan saat perayaan HUT Universitas Harvard yang ke-250. 
Patung John Harvard di depan University Hall
"Statue of the Three Lies"
Meski begitu, patung John Harvard juga terkenal dengan julukan sebagai "Statue of the Three Lies" atau patung dengan tiga kebohongan. Begini ceritanya, pada prasasti patung John Harvard tertulis: “John Harvard, Founder, 1638.” Padahal faktanya bukan itu. Kebohongan pertama, saat patung itu dibuat tidak ada gambar John Harvard, karena seluruh dokumentasi dirinya musnah saat Harvard Hall terbakar tahun 1764. Saat akan membuat patung, Daniel Chester French memilih secara acak seorang siswa bernama Sherman Hoar. Dengan menggunakan busana lelaki abad ke-17, Sherman Hoar dijadikan model oleh Daniel Chester French untuk membuat patung John Harvard tahun 1884. Jadi, patung yang ada sekarang bukanlah John Harvard yang sesungguhnya. Kebohongan kedua, John Harvard bukanlah pendiri universitas tertua di Amerika itu. Namanya diabadikan karena ia merupakan donatur utama saat perguruan tinggi itu didirikan. Pendiri Universitas Harvard adalah Massachusetts Bay Colony, yang saat itu masih disebut New College. Kebohongan ketiga adalah bahwa Universitas Harvard didirikan pada 1636 bukan tahun 1638 seperti yang tertulis di prasasti patung.

Meski berjuluk Statue of the Three Lies, patung John Harvard tetaplah menjadi primadona Harvard Yard. Butuh kesabaran agar bisa berfoto bersama sang patung, harus antre diantara ratusan pengunjung. Jumlahnya berkali lipat saat musim liburan atau akhir pekan. Jika diperhatikan, bagian ujung sepatu patung John Harvard terlihat beda warnanya, lebih terang dan kuning mengkilap. Itu karena ada mitos, orang yang bisa mengelus sepatu John Harvard akan mendapat keberuntungan, dirinya atau anggota keluarganya, dipercaya akan mendapat keberuntungan bisa bersekolah di universitas bergengsi itu.

Dari sekian banyak rombongan wisatawan di Kampus Harvard, yang paling menonjol adalah rombongan pelajar dari Jepang dan China. Jumlahnya lumayan banyak. Mereka datang dengan rombongan tur sendiri. Usianya baru belasan, kira-kira seumuran anak SMP, tapi wajah-wajah antusias mereka sungguh menggetarkan...Sejak dini, anak-anak itu dikenalkan dan diberi impian agar kelak belajar di kampus yang banyak melahirkan orang-orang sukses. 

Menikmati matahari sore di Harvard Yard
Sambil bersantai di halaman rumput layaknya penghuni  Old Yard...Gw berharap anak-anak Indonesia kelak akan seperti anak-anak muda China dan Jepang itu. Paket wisata di tanah air tak hanya menawarkan asiknya berlibur ke Disneyland tetapi juga  wisata ke Harvard atau kampus Ivy League lainnya...

No comments:

Post a Comment