Sunday, September 16, 2012

Jejak Nusantara di House of The Temple, Candi Utama Kaum Mason
(Washington DC Bagian akhir)


Menyusuri Washington DC selama 4 hari, terasa betul bahwa negeri ini serius mengukuhkan sejarahnya lewat sebuah kota. Bangsa ini mengagungkan pencapaian manusianya lewat deretan museum di National Mall yang dikelola Smithsonian Institute serta gedung dan monumen untuk mengenang para pahlawannya. Washington DC tak sekedar kota pemerintahan yang membosankan dengan lalu lalang para politisi di gedung parlemen. Pengunjung dipuaskan dengan arsitektur kota yang bergaya abad pertengahan, jalur-jalur jalan yang rapi dengan trotoar lebar yang memanjakan pejalan kaki. Di tengah pertigaan jalan, banyak dibuat taman melingkar, dengan bunga-bunga indah dan deretan kursi. Tepat di tengahnya, berdiri patung-patung para jenderal dari masa-masa peperangan. Washington DC dibangun untuk mengabadikan sejarah, kebanggaan, dan kebesaran AS.

Selain itu, arsitektur Washington DC juga sulit dilepaskan dari simbol-simbol Masonik. Mulai dari Washington Monument yang berupa Obelisk Mesir yang berada dalam Circumpunt, lukisan momen The Apotheosis-nya George Washington di US Capitol, logo The Eye in Pyramid yang tercetak dalam lembaran $1, serta banyak simbol Mason lainnya yang tersebar di penjuru kota, hingga sederet tokoh penting negeri ini yang dikenal sebagai anggota Freemason. Freemason, seolah ibu yang melahirkan Washington DC, ibu kota Republik Baru di tanah impian. Kenyataan itulah yang menuntun gw siang itu menuju sebuah bangunan terpenting Freemason. Kurang afdol rasanya, jika tak melihat langsung kantor pusat organisasi yang melahirkan tokoh-tokoh penting di dunia itu. Kebetulan lokasinya hanya beberapa blok dari hotel tempat gw menginap di Dupont Circle.
 

Akhirnya tibalah gw disini. House of The Temple: Home of The Supreme Council, 33°, Ancient & Accepted Scottish Rite of Freemasonry. 


Terletak di 1733 Sixteenth Street NW di Washington DC, House of The Temple berdiri megah, menempati areal 1.000 meter persegi. Dari kejauhan tampak jelas bahwa bagian atas House of The Temple ini berupa piramid. Pyramid Mason adalah bentuk piramid yang terpotong dengan sebuah mata di bagian puncaknya.

Melangkah perlahan, sambil memusatkan pandangan ke depan ke arah pintu masuk utama, kaki gw menapaki pelataran, yang terdiri dari 3 tingkatan. Pelataran pertama dengan 3 anak tangga, selanjutnya berderet berupa 5 anak tangga, 7 anak tangga dan pelataran terakhir menuju pintu utama terdiri dari 9 anak tangga. Sambil menghitung, gw bertanya-tanya dalam hati…adakah artinya jumlah anak-anak tangga tadi?  

Di sisi kiri dan kanan tangga menuju pintu utama ada patung sphinx raksasa. Belakangan gw tau, kedua patung sphinx penjaga kuil itu berbobot tujuh belas ton dan diukir oleh Alexander Weinman. Satu memiliki mata setengah tertutup yang merupakan simbol kebijaksanaan, sedangkan sphinx lainnya dengan mata terbuka, yang merupakan simbol kekuasaan. 



Melihat ke atas, bangunan utama kantor pusat Freemason ini dikelilingi pilar-pilar besar. Jika dihitung, jumlahnya ada 33 buah pilar yang masing-masing tingginya 33 meter. 33 adalah angka istimewa bagi kaum Mason. Dalam jenjang keanggotaan Mason, derajat ke 33 adalah yang tertinggi. Jangan lupakan juga, alamat gedung ini juga berisi nomor 33.
 

Sementara di tiap sudut luar bangunan, tampak ukiran Kepala Elang Kembar yang merupakan simbol Scottish Rite Freemason. Tulisan di batu pojok House of The Temple menyebutkan pada 18 Oktober 1911 Grand Master J. Claude Keiper, dari Grand Lodge Distric of Columbia, meletakkan batu pertama di sudut timur laut bangunan ini. Batu pojok merupakan salah satu ciri khas bangunan Mason, selalu diletakkan di timur laut bangunan karena di bagian itulah yang pertama kali diterangi sinar matahari. Candi ini rampung dibangun pada 1915.
 
Tiba di pelataran teratas setelah melewati patung sphinx, langkah gw dan Bayu terhenti. Sederetan kalimat terukir rapi di lantai marmer. Tapi yang menyita perhatian kami adalah di samping deretan kata-kata itu ada gambar sebuah pedang. Tepatnya pedang dengan ujung meliuk dan meruncing di bagian atasnya. Bentuk pedang aneh itu terlalu akrab bagi gw, bahkan mungkin bagi sebagian besar orang Indonesia. "Ini bukan pedang, mana ada dalam sejarahnya pedang meliuk begini. Ini lebih tepat kalo disebut keris. Itu yang bagian puncaknya meliuk-liuk disebut luk!", kata Bayu. Wow, kejutan menarik buat kami yang putra asli Nusantara, menyaksikan sebuah "Keris" di pelataran utama House of The Temple, Candi utama kaum Mason! 

Gw sendiri sebetulnya ga banyak tau tentang keris, tapi Bayu yang orang Jawa dengan yakin mengatakan senjata itu adalah keris dengan bentuk bagian bawah lurus seperti pedang yang diujungnya meliuk membentuk luk 7 yang dikenal dengan nama Murmo Malelo. Keris jenis itu terbilang langka, tidak sepopuler keris Nagasasra yang banyak dikoleksi penggemar keris.

Setelah puas melihat dan berfoto dengan keris Mason, kami melanjutkan langkah menuju pintu utama yang berukuran besar, yang terbuat dari perunggu. Di bagian tengahnya, ada tuas pengetuk pintu, berukiran Kepala Singa, yang bentuknya mengingatkan gw pada ukiran di sebuah candi peninggalan Majapahit di Trowulan, Jawa Timur. Di pinggiran pintu, ada deretan ukiran berupa bunga, yang lagi-lagi menggelitik ingatan gw dan Bayu. Ukiran bunga padma atau lotus yang ada di pintu Candi utama Mason ini mirip banget dengan lambang kampus UGM, almamater kami. Melihat lambang-lambang tadi sebuah lintasan pikiran liar berkecamuk di kepala gw, jejak nusantara setidaknya ditemukan disini, adakah hubungannya dengan Freemason? 


 
Memasuki ruang utama House of The Temple, dekorasi hieroglif Mesir mendominasi pemandangan. Di kaki tangga di bagian dalam ada patung bergaya Mesir dan hieroglif yang artinya "Established to the Glory of God" dan "Dedicated to the teaching of wisdom to those men working to make a strong nation."



Kalimat "From the outer darkness of ignorance through the shadows of our earth life winds the beautiful path of initiation unto the divine light of the holy altar" terpahat rapi di dinding bagian atas ruang utama. 


Gw membayangkan, di ruangan inilah, setiap 2 tahun sekali para pemimpin Freemason dari seluruh dunia berkumpul, tradisi yang dipelihara sejak ratusan tahun lalu. Sejumlah nama penting, termasuk penandatangan Deklarasi Kemerdekaan AS, George Washington serta tokoh lainnya seperti Theodore Roosevelt, Gerald Ford dan 13 presiden AS lainnya juga dikenal sebagai Freemason. House of The Temple, yang jaraknya 1 mil atau 1,6 km dari Gedung Putih ini,  telah menjadi kantor kedua para Presiden AS selama bertahun-tahun.
 

Semua perlengkapan yang ada di House of The Temple ini terbuat dari kayu Walnut Rusia, dari pohon-pohon yang terbakar meteor di Rusia. 

Tepat di tengah ruang utama, ada sebuah altar yang terbuat dari batu marmer hitam. Di atasnya ada 4 buah Kitab: Injil,Taurat, Al-quran, dan Bhagavad Gita. Di keempat sisinya, dikelilingi tulisan: "From the light of the Divine Word, the Logos, comes the wisdom of life and the goal of initiation."

Freemason selama ini dipandang sebagai kelompok masyarakat misterius dan salah satu persaudaraan dunia yang paling kuat. Namun, belakangan Freemason menjadi objek rasa ingin tahu banyak orang setelah ia dijadikan sumber konspirasi dalam film dan novel. Dalam film National Treasure yang dirilis tahun 2004, aktor Nicolas Cage mengikuti petunjuk-petunjuk Masonik yang tersembunyi dalam Deklarasi Kemerdekaan AS mengejar harta karun berupa emas. Lima tahun berikutnya, Dan Brown merilis The Lost Symbol, novel yang mengungkap arsitektur kota Washington DC yang sarat simbol-simbol Masonik.  Mungkin karena intrik-intrik itulah, jumlah pengunjung House of The Temple yang menjadi kantor pusat Freemason di Washington DC ini, sejak 3 tahun terkahir meningkat 3 kali lipat  menjadi 12 ribu pengunjung tiap tahun. 






Sejarah Freemason berawal pada pertengahan abad ke-15, berupa perkumpulan tukang batu ahli bangunan yang membangun katedral-katedral di Eropa. Perkumpulan ini kemudian membesar dan menjadi kelompok elit yang anggotanya secara materi kaya dan menjadi tokoh-tokoh penting di masyarakat. Freemason tiba di AS awal abad ke-18. Mulanya, anggota kelompok ini semua laki-laki dan berkulit putih, namun kini anggota organisasi Mason terdiri dari beragam etnis termasuk perempuan. Tahun 1959 anggota Mason di AS mencapai puncaknya yakni 4 juta orang, namun jumlah itu terus mengecil, tahun 2011 hanya 1,3 juta penduduk AS yang tercatat sebagai anggota Freemason. Tak hanya di AS, Freemason juga berkembang di banyak negara di dunia. 



Kelompok ini, kini mendedikasikan organisasi mereka untuk filantrofi, setidaknya lebih dari 2 juta dollar sehari disumbangkan untuk bidang kesehatan, pendidikan dan penelitian di berbagai bidang.
 

Di lantai tiga House of The Temple terdapat sebuah perpustakaan yang berisi ribuan buku, sejarah tokoh Mason Albert Pike dan artefak Masonik lainnya. Di antara artefak yang dipamerkan adalah sertifikat keanggotaan Mason yang ditandatangani oleh Paul Revere, tokoh Mason yang juga dikenal sebagai pelopor peristiwa legendaris Boston Tea Party tahun 1773, serta sebuah lukisan besar George Washington menggunakan celemek Masonik saat meletakkan batu pertama pembangunan gedung US Capitol tahun 1790.




House of The Temple dirancang oleh non-Mason John Russell Pope, arsitek yang juga merancang Jefferson Memorial dan bangunan utama National Gallery of Art. Bangunan House of the Temple terinspirasi oleh Mausoleum di Halicarnassus, salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. 



Mausoleum di Halicarnassus
(Circa 352 SM)
Sisa-sisa bangunan Mausoleum Halicarnassus sudah tidak ditemukan lagi di Circa, atau yang sekarang kita kenal berada di wilayah Turki. Namun beberapa patung kecil peninggalannya kini bisa ditemukan di British Museum.

House of The Temple adalah persinggahan terakhir gw di Washington DC. Di luar, angin bertiup, mulai terasa dingin, pertanda musim panas tahun ini segera berakhir. Siang itu, gw pulang ke Boston dengan perasaan senang, membayangkan tak lama lagi daun-daun maple di ujung jalan dekat rumah segera berubah warna menjadi kuning dan kecoklatan.

2 comments:

  1. wow! nusantara dan mason! dugaanku brgkali benar, The Majapahit's Prime Minister, Gadjah Mada, was a masonic! :)

    ReplyDelete
  2. Hehehe.. itu hanyalah lintasan pikiran liar aja Mas..perlu pembuktian lebih dalam. Freemason sendiri sebagai organisasi baru lahir pada awal abad ke-15 di Eropa, sementara eranya Gajah Mada dan Majapahit kan beberapa abad sebelum itu. Tapi bisa jadi, organisasi semacam Freemason itu justru sudah ada sejak jaman Majapahit bahkan jauh sebelumnya...Jangan-jangan tokoh-tokoh Nusantaralah yang menginspirasi para pemikir di Eropa sana. Apalagi jika terbukti, sebuah peradaban maju seperti Atlantis berada di Nusantara :)

    ReplyDelete