(Washington DC Bagian 3)
Di ujung terowongan, tampak penjaga dan seperangkat alat pendeteksi logam telah menanti kami. Library of Congress adalah salah satu gedung penting di AS selain US Capitol, Supreme of Court, White House dan Pentagon. Bisa dimaklumi jika pemeriksaan keamanan saat memasuki area ini cukup ketat. Namun kesan serius itu mendadak hilang, saat memasuki lobi perpustakaan.
Kemewahan interior khas Eropa abad pertengahan berpadu dengan panel-panel digital yang berfungsi sebagai display informasi, cukup menghilangkan penat kaki gw saat menyusuri lorong panjang tadi.
Gw cukup beruntung siang itu, saat mendaftar di resepsionis, ternyata tur baru saja dimulai. Kami langsung digiring ke ruangan tempat peserta tur menonton sejarah Perpustakaan Kongres yang dikemas dalam film dokumenter berdurasi sekitar 15 menit. Tayangannya menarik dan berhasil membuat kami penasaran.


Dua puluh lima meter di atas kepala, jendela langit-langit dari kaca patri berkilau di antara balok- balok berpanel yang dihiasi lembaran aluminium langka - logam yang dianggap lebih berharga daripada emas pada jaman itu.
Di bawahnya, rangkaian anggun pilar berpasangan mendereti balkon lantai dua dengan dua tangga melengkung megah di sisi kiri dan kanan ruangan. Megah dan indah! Mungkin gw lebay, tapi gw setuju dengan orang-orang yang mengatakan ini merupakan ruangan terindah di dunia!
Di tiap tangga berdiri sosok perempuan perunggu raksasa yang sedang mengangkat obor, mencerminkan tema pencerahan. Secara serasi, langit-langit berbentuk kubah di atas kepala dihiasi lukisan enam-panel John White Alexander yang berjudul The Evolution of the Book.
Melihat ke sisi manapun, mata kita akan menemukan keindahan! Bahkan jika melihat ke lantai...
Secara keseluruhan dekorasi arsitektur Perpustakaan Konggres bergaya Renaisans. Lukisan di langit-langit dan dinding menggambarkan keunggulan ilmu pengetahuan serta pencapaian manusia di berbagai bidang, seperti sains, seni musik hingga olah raga. Nah bicara pesta olah raga, ada yang menarik, dari beberapa lukisan yang ada di Great Hall Library of Congress ini, para atlet yang berlaga di pertandingan semuanya digambarkan tanpa menggunakan busana. Menurut Bill pemandu gw, sangat mungkin peserta pertandingan Olimpiade jaman dulu tidak menggunakan seragam seperti sekarang alias telanjang!
![]() |
Pertandingan Olimpiade, dulu atletnya telanjang semua :) |
The putti representing Asia and Europe who sit on a buttress cap on the Grand staircase by Philip Martiny in the Great Hall |
Great Hall memang menakjubkan, tapi bagian paling spektakuler adalah ruang baca Perpustakaan Konggres. Ruangan persegi delapan ini memiliki rotunda di bagian atasnya. Berada di dalamnya, seluruh indra kita dimanjakan. Karpetnya tebal dan empuk, dindingnya menjulang setinggi 50 meter dengan kedelapan sisinya dilapisi marmer Tennessee cokelat tua, marmer Siena warna krem, dan marmer Aljazair merah apel. Cahaya lampu menerangi dari delapan sudut, sehingga di sisi manapun kita duduk membaca tidak akan ada bayang-bayang yang jatuh. Sungguh menciptakan efek seakan ruangan itu sendiri yang berkilau!
Selain melayani anggota Konggres, Perpustakaan Kongres terbuka untuk masyarakat umum yang ingin melakukan penelitian akademis. Pengunjung harus membuat "Kartu Identitas Pembaca" untuk bisa memasuki ruang baca dan melihat koleksi. Meski begitu, koleksi yang ada di ruang baca ini tidak boleh dibawa ke luar gedung atau dipinjam. Peminjaman hanya boleh dilakukan oleh anggota Kongres, Hakim Mahkamah Agung AS, berikut stafnya, staf Perpustakaan Kongres, dan pejabat badan pemerintah AS lainnya.
Selain dekorasi dan arsitekturnya yang mengagumkan, Perpustakaan Konggres memiliki koleksi terlengkap. Didirikan 24 April 1800, tak lama setelah Presiden John Adams memindahkan ibu kota AS dari Philadelphia ke ibu kota baru di Washington DC, koleksi awal Perpustakaan Kongres Amerika Serikat adalah 740 buku dan 30 buah peta. Sebagian besar adalah buku-buku hukum yang dipesan dari London.
Di lantai dasar, ada etalase tahan-peluru yang berisi dua koleksi perpustakaan yang paling berharga, yakni Alkitab Raksasa Mainz yang ditulis tangan pada 1450-an, serta Alkitab Gutenberg, satu dari tiga salinan sempurna Alkitab Gutenberg berkertas-kulit yang ada di dunia.
Biblia latina (Bible in Latin), probably Mainz, 1452-1453.
Alice in Wonderland ... salinan pribadi Lewis Carroll |
Galileo’s fingers? Galileo himself set the type for the Jupiter section. |
Galileo’s 1610 short work on his observations regarding the moon and stars. |
Koleksi buku Thomas Jefferson |
Nah kalo soal musik, sepertinya AS faham betul kalo Indonesia itu identik dengan musik dangdut. Setidaknya ada 16 album dangdut Kak Rhoma yang dikoleksi disini. Gilak lengkap banget yaaa….Ter-la-lu! Judulnya antara lain "24 Lagu Terbaik Rhoma Irama" dan "Terpopuler Dangdut Rhoma Irama-Elvy Sukaesih". Selain albumnya Kak Rhoma, gw juga nemu "Inul Daratista Karoke Dangdut Ngebor" :)
Kira-kira di Perpustakaan Nasional kita menyimpan koleksi lengkap si Raja Dangdut juga ga ya? Hayaah…malah ngomongin dangdut, udah ah makan dulu yaa..masih ada cerita laen soal Washington DC… (bersambung)
No comments:
Post a Comment